RI-Timor Leste Galang Kerja Sama Pariwisata
Penulis : Gantyo Kuspradono
Minggu, 11 Desember 2011 12:38 WIB     
 

DILI--MICOM: Guna mempererat tali persaudaraan, Indonesia dan Timor Leste menggalang kerja sama di bidang budaya dan pasriwisata. Kedua negara juga telah menyiapkan naskah kerja sama di bidang itu yang jika tidak ada halangan akan ditandatangani dua kepala pemerintahan pada 20 Mei 2012.

Sebagai langkah awal, Sekjen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Wardiyatmo, Sabtu (10/12) di Dili mengadakan pembicaraan khusus dengan Menteri Paiwisata Timor Leste Gil da Costa Alves.

Ke Timor Leste, tim misi persahabatan RI-Timor Leste yang dipimpin Wardiyatmo juga membawa tim kesenian dan budaya serta penyanyi Katon Bagaskara. Mereka menghibur rakyat Timor Leste dalam acara Dili Sunset Fair pada Jumat (9/12) malam di Pantai Pasir Putih. Warga Dili menyaksikan penampilan tim kesenian RI itu dengan antusias.

Berbicara dengan Alves, Wardiyatmo mengungkapkan RI dan Timor Leste sama-sama mempunyai potensi pariwisata yang kalau dikelola dengan baik bisa mensejahterakan rakyat kedua negara. Selama ini, katanya, kedua negara belum punya ”payung” kerja sama.

Oleh sebab itulah, katanya, sebagai langkah awal, "kami membawa tim budaya dan kesenian dalam acara Dili Sunset Fair dan mendapat sambutan luar biasa dari warga Dili."

Menurut Wardiyatmo, kesenian, budaya dan pariwisata – juga bahasa – merupakan alat yang paling efektif bagi masyarakat kedua negara untuk mepererat dan memperkuat tali persahabatan.

KBRI sendiri, menurut Duta Besar RI untuk Timor Leste Edi Setyobudi, memberikan kesempatan kepada warga Timor Leste untuk berlatih memainkan alat musik tradisional Indonesia, angklung. KBRI juga mendirikan Pusat Budaya Indonesia guna memberikan peluang bagi warga Timor Leste belajar bahasa Indonesia dan belajar tentang budaya Indonesia.

Menjawab Media Indonesia, Menteri Pariwisata Timor Leste Gil da Costa Alves menjelaskan, pihaknya ke depan akan menjadikan sejarah (Portugis) sebagai keunggulan wisata Timor Leste. Bahkan wisata sejarah ini, katanya, bisa disinergikan dengan fakta sejarah yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu hadirnya bangsa Portugis di Batavia, Ambon dan Flores.

"Kalau kami mau menyaingi Bali jelas tidak mungkin. Apa yang akan kami jual? Jika pantai yang akan kami jual, semua negara punya pantai, bahkan lebih bagus. Yang bisa kami berdayakan adalah wisata sejarah," tegasnya.

Menurut Alves, negaranya kini juga sedang membangun infrastruktur untuk menunjang pariwisatanya, sebab jumlah hotel di Timor Leste, khususnya di Dili masih sangat terbatas. Oleh sebab itulah, masih menurut Alves, target kunjungan wisatawan ke Timor Leste tidak muluk-muluk, tahun ini cuma 100.000 orang, sedangkan untuk jangka waktu 10-15 tahun ke depan, rata-rata per tahun bisa mencapai 500.000 wisatawan.

Alves dan Wardiyatmo yakin jika kedua negara sama-sama mempunyai ikatan kerja sama di bidang itu, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, kedua negara bisa saling berbagi. (Gty/X-12)

No comments:

Post a Comment