JAKARTA, KOMPAS.com — Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengingatkan, film Balibo yang hendak diputar pada Jakarta International Film Festival pada Desember ini dapat membuka konflik antara Indonesia-Australia.
"Kita mengikuti dari resensi film. Ini berangkat dari novel yang bercerita dari satu sisi saja. Mengapa kita menciptakan satu sejarah berdasarkan satu novel?" ujar Faizasyah sebelum mengikuti rapat kerja antara Komisi I DPR RI dan Deplu, Rabu (2/12) di DPR RI.
Terkait materi rapat kerja hari ini, Faizasyah mengatakan, Parlemen dan Deplu akan membicarakan hal-hal mengenai kebijakan luar negeri di era Kabinet Indonesia Bersatu jilid ke-2 serta isu-isu khusus mengenai perbatasan dan ketenagakerjaan.
Balibo merujuk kepada kasus terbunuhnya lima wartawan asing, yaitu Greg Shackleton, Brian Peters, Malcolm Rennie, Gary Cunningham, dan Tony Steward di Balibo, wilayah perbatasan di Timor Leste (dulu Timor-Timur) pada tahun 1975.
Ketika itu, kelima wartawan asing tersebut tewas ketika tengah meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Leste. Pemerintah Indonesia mengatakan, kelima wartawan asal Australia, Selandia Baru, dan Inggris tersebut tewas karena terjebak di medan peperangan.
Namun, pengadilan koroner di negara bagian Australia, New South Wales, pada tahun 2007, mengatakan, berdasarkan hasil investigasi, kelima wartawan tersebut dibunuh oleh tentara Indonesia.
Film Balibo yang disutradarai Rob Conolly pun mengangkat kisah tersebut berdasarkan fakta di atas.
No comments:
Post a Comment